Jumat, 07 Mei 2010

Buntal si Ikan Helikopter

Ikan buntal memiliki bentuk morfologi yang sangat unik. Bentuk tubuh ikan ini bervariasi, memiliki duri di bagian dorsal dan ventral tubuhnya, memiliki sirip lengkap kecuali sirip venrtal dan hidup di daerah karang. Ikan ini terdiri dari beberapa spesies misalnya ikan buntal duren (Diodon hystrix), buntal landak (D.holocatus), buntal kotak (Rhyncostrcion nasus), buntal tanduk (Tetronomus gibbosus), buntal kepala (Arothon reticularis), buntal pasir (A.immaculatus), buntal tutul (A.aerostaticus) dan buntal pisang (Tetraodon lunaris).

Klasifikasi ikan buntal pisang (Tetraodon lunaris) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Sub Filum : Verebrata

Kelas : Pisces

Ordo : Tetraodontiformes

Family : Tetraodontidae

Genus : Tetraodon

Spesies : Tetradon lunaris

Ikan buntal pisang termasuk ke dalam famili tetraodontidae, yaitu memiliki bentuk tubuh bundar seperti bola, memiliki duri-duri kecil diperutnya dan memiliki empat buah gigi. Buntal pisang merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis makanan terutama sashimi dan fugu, karena cita rasanya yang khas, lezat, gurih dan agak manis. Jenis buntal ini memiliki daging yang sangat elastis namun buntal pisang tersebut mengandung toxin yang tedapat pada empedu, hati, saluran pencernaan, telur dan ovari yang disebut tetrodotoxin (TTX). Toxin ini digunakan sebagai alat pertahanan diri di dalam tubuh buntal. Toxin ini sangat mematikan bagi manusia dan tidak dapat dihilangkan ataupun dirusak dengan proses pemanasan. Namun beberapa bagian tubuh dari ikan buntal aman dimakan dalam keadaan mentah maupun dimasak (Purwantisari 2009).

Abalon (Kerang Mata Tujuh)

Abalon (Haliotis spp.) atau disebut juga ”Awabi” (bahasa Jepang), ”Mutton Fish” atau ”Sea Ear” saat ini sudah mulai akrab dalam budidaya air laut di Indonesia. Abalon merupakan hewan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selama ini pasokan pasar diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Penangkapan seringkali dilakukan secara tidak selektif sehingga mengancam kelestarian sumberdaya abalon tersebut. Untuk itu perlu dilakukan produksi benih abalon dalam suatu sistem budidaya secara terkontrol.

Abalon merupakan hewan bersifat low trophic level (larvanya memakan benthik diatom/mikroalga dan dewasanya memakan rumput laut/makroalga). Sehingga, dari sisi ekonomis biaya produksinya relatif murah. Hal inilah yang menarik dari komoditas abalon. Produksi benih yang kontinyu dan mantap memberi keyakinan bahwa budidaya abalon dapat dikembangkan di masa yang akan datang.

Induk abalon yang baik memiliki ciri-ciri antara lain :

· Tingkat kematangan gonad cukup

· Otot kaki atau daging terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek dan lemas, serta ukuran panjang cangkang ± 5 cm

· Melekat kuat pada substrat dan organ tubuh tidak luka (utuh)

· Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi terbalik dan Merayap atau berjalan bila dilepaskan dari genggaman.

Suatu penghargaan besar dari saya untuk Anda karena telah bersedia masuk di blog ini. Saya akan mencoba dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda............... Selamat menikmati...............