Kamis, 11 November 2010

Transportasi Ikan

Transportasi ikan hidup merupakan suatu metode pengangkutan ikan dalam kondisi hidup dengan kemasan dan cara tertentu. Menurut Handisoeparjo (1982) transportasi ikan hidup pada dasarnya memaksa dan menempatkan ikan dalam suatu lingkungan yang berlainan dengan lingkungan asalnya, disertai dengan perubahan sifat lingkungan yang mendadak. Ikan hidup yang akan dikirim dipersyaratkan dalam keadaan sehat dan tidak cacat untuk mengurangi peluang mati selama pengangkutan.

Transportasi ikan hidup terbagi dua, yakni sistem basah dan sistem kering. Pada transportasi sistem basah, media dituntut sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu air dan oksigen (Wibowo, 1993). Sedangkan transportasi sistem kering merupakan transportasi yang tidak menggunakan air sebagai media transportasi, namun demikian bisa membuat lingkungan atau wadah dalam keadaan lembab. Sistem basah terbagi atas dua metode, yakni metode terbuka dan metode tertutup.

Faktor yang sangat penting pada pengangkutan ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai, tetapi faktor ini sangat tidak menjamin ikan berada dalam kondisi baik setelah pengangkutan. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi terhadap stress, suhu air, pH, konsentrasi CO2, dan sisa metabolisme lain seperti amoniak (Junianto, 2003). Transportasi benih ikan, biasanya dilakukan dengan kepadatan yang sedikit lebih tinggi, hal ini bertujuan agar biaya transportasi lebih efisien. Semakin padat ikan yang dibawa di dalam suatu wadah, semakin besar kemungkinan ikan tersebut terluka akibat gesekan-gesekan antar ikan. Ikan yang ditransportasikan secara padat dalam suatu wadah akan mudah mengalami stres. Stres dan luka akibat gesekan dapat menimbulkan penyakit dan akhirnya ikan mati.

Transportasi Ikan

Transportasi ikan hidup merupakan suatu metode pengangkutan ikan dalam kondisi hidup dengan kemasan dan cara tertentu. Menurut Handisoeparjo (1982) transportasi ikan hidup pada dasarnya memaksa dan menempatkan ikan dalam suatu lingkungan yang berlainan dengan lingkungan asalnya, disertai dengan perubahan sifat lingkungan yang mendadak. Ikan hidup yang akan dikirim dipersyaratkan dalam keadaan sehat dan tidak cacat untuk mengurangi peluang mati selama pengangkutan.

Transportasi ikan hidup terbagi dua, yakni sistem basah dan sistem kering. Pada transportasi sistem basah, media dituntut sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu air dan oksigen (Wibowo, 1993). Sedangkan transportasi sistem kering merupakan transportasi yang tidak menggunakan air sebagai media transportasi, namun demikian bisa membuat lingkungan atau wadah dalam keadaan lembab. Sistem basah terbagi atas dua metode, yakni metode terbuka dan metode tertutup.

Faktor yang sangat penting pada pengangkutan ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai, tetapi faktor ini sangat tidak menjamin ikan berada dalam kondisi baik setelah pengangkutan. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi terhadap stress, suhu air, pH, konsentrasi CO2, dan sisa metabolisme lain seperti amoniak (Junianto, 2003). Transportasi benih ikan, biasanya dilakukan dengan kepadatan yang sedikit lebih tinggi, hal ini bertujuan agar biaya transportasi lebih efisien. Semakin padat ikan yang dibawa di dalam suatu wadah, semakin besar kemungkinan ikan tersebut terluka akibat gesekan-gesekan antar ikan. Ikan yang ditransportasikan secara padat dalam suatu wadah akan mudah mengalami stres. Stres dan luka akibat gesekan dapat menimbulkan penyakit dan akhirnya ikan mati.

Transportasi Ikan

Transportasi ikan hidup merupakan suatu metode pengangkutan ikan dalam kondisi hidup dengan kemasan dan cara tertentu. Menurut Handisoeparjo (1982) transportasi ikan hidup pada dasarnya memaksa dan menempatkan ikan dalam suatu lingkungan yang berlainan dengan lingkungan asalnya, disertai dengan perubahan sifat lingkungan yang mendadak. Ikan hidup yang akan dikirim dipersyaratkan dalam keadaan sehat dan tidak cacat untuk mengurangi peluang mati selama pengangkutan.

Transportasi ikan hidup terbagi dua, yakni sistem basah dan sistem kering. Pada transportasi sistem basah, media dituntut sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu air dan oksigen (Wibowo, 1993). Sedangkan transportasi sistem kering merupakan transportasi yang tidak menggunakan air sebagai media transportasi, namun demikian bisa membuat lingkungan atau wadah dalam keadaan lembab. Sistem basah terbagi atas dua metode, yakni metode terbuka dan metode tertutup.

Faktor yang sangat penting pada pengangkutan ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai, tetapi faktor ini sangat tidak menjamin ikan berada dalam kondisi baik setelah pengangkutan. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi terhadap stress, suhu air, pH, konsentrasi CO2, dan sisa metabolisme lain seperti amoniak (Junianto, 2003). Transportasi benih ikan, biasanya dilakukan dengan kepadatan yang sedikit lebih tinggi, hal ini bertujuan agar biaya transportasi lebih efisien. Semakin padat ikan yang dibawa di dalam suatu wadah, semakin besar kemungkinan ikan tersebut terluka akibat gesekan-gesekan antar ikan. Ikan yang ditransportasikan secara padat dalam suatu wadah akan mudah mengalami stres. Stres dan luka akibat gesekan dapat menimbulkan penyakit dan akhirnya ikan mati.

Jumat, 05 November 2010

Red Cherry


Bagi temen2 yg belum tau udang red cherry ane pengen coba ngasih tau nich. Smoga bermanfaat ya. Jika dah tau infonya silahkan saja untuk membudidayakannya. Cz udang ini bisa dibilang masih cukup potensial sebagai lahan bisnis loch yang ujung2nya bisa jadi duit..

Udang red cherry biasanya dikenal pada lingkup akuaskap sebagai salah satu primadona unggulan. Jenis ini tubuhnya sangat elok bila dipandang, selain itu memiliki banyak corak dan warna, seperti warna merah, putih, hijau, biru, dan hitam bergantung kepada jenisnya. Udang ini berfungsi sebagai pembersih bangkai, lumut, dan kotoran di akuarium karena bersifat omnivora. Makanan udang red cherry di alam adalah alga (Klotza, 2006).

Udang mungil ini termasuk kedalam famili Atydae dari filum crustacea yang berasal dari Asia Timur seperti Cina dan Taiwan. Atydae berarti chelae (apendik arthropoda yang mengalami modifikasi menjadi bentuk capit) pertama dan kedua sama besarnya dengan bulu terminal pada ujung chelae yang digunakan untuk mengambil pakan berupa alga (Barnes, 1972). Famili Atydae memiliki 15 genus dengan jumlah spesies menyebar di Asia terutama Asia Timur, Amerika Selatan serta Afrika. 120 jenis ini termasuk kedalam genus Caridina dan Neocaridina (Yam, 2003).

Habitat udang red cherry terdapat pada sungai-sungai dengan aliran air yang tidak terlalu deras dan mempunyai kisaran suhu antara 20˚C sampai 30˚C. Perubahan suhu yang signifikan sangat berpengaruh terhadap daya tahan udang red cherry. Jika suhu suatu lingkungan berubah secara signifikan maka pertumbuhan udang red cherry akan terhambat dan bisa menyebabkan kematian. pH dalam habitat udang red cherry berkisar antara 6,5 sampai 8,0, namun udang ini menyukai pH yang sedikit lebih asam. Kesadahan pada habitat udang red cherry berkisar antara 3˚ sampai 15˚ KH dengan kadar oksigen 1 sampai 5 ppm (Klotzb, 2006).


Vaksin DNA

Wah ternyata dah lama nggak corat-coret di blog jadi gatel lagi nich pengen nyoret. Kali ini ane mau ngasih informasi terbaru nich mengenai dunia medis perikanan. Smoga aja bermanfaat dan jika nggak bermanfaat ya harus dimanfaatin juga lah (Agak maksa nich kayaknya.. hehehe).

Temen2 Akuakulturis atau umum pernah denger nggak ya tentang vaksin DNA??. Klo nggak pernah denger saya mau coba ngasih tau sedikit infonya nich. Jadi, Menurut Lorenzen et al. (2005) vaksin DNA adalah vaksin yang berbentuk plasmid DNA yang mengandung sisipan gen imunogenik, misalnya glikoprotein, yang diapit oleh sebuah promoter dan terminator atau poliadenilasi. Terminator/poliadenilasi merupakan tanda akhir dari proses transkripsi gen, sedangkan promoter adalah bagian dari DNA yang merupakan tempat RNA polimerase menempel dan menginisiasi transkripsi untuk menentukan waktu, tingkat, dan tempat ekspresi gen (Glick & Pasternak, 2003). Dengan demikian, tingkat ekspresi gen imunogenik yang digunakan sebagai vaksin sangat ditentukan oleh promoter yang mengendalikannya. Beberapa contoh promoter yang telah berhasil diisolasi antara lain β-aktin dari ikan medaka (Takagi et al., 1994), keratin dari ikan flounder Jepang (Yazawa et al., 2005), dan promoter heat shock, keratin, dan β-aktin pada ikan mas untuk pencegahan infeksi virus KHV (Rozaqimah, 2010).

Koi herpes virus (KHV) merupakan kelompok virus DNA dari famili Herpesviridae. Virus ini berkembang biak di dalam inti sel inang dan membentuk badan inklusi yang disebut Cowdry tipe A. Virus ini jika menginfeksi inang maka sejumlah virus akan tetap tinggal di dalam inangnya sehingga bersifat laten.

Suatu penghargaan besar dari saya untuk Anda karena telah bersedia masuk di blog ini. Saya akan mencoba dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda............... Selamat menikmati...............