Selasa, 20 Juli 2010

WSSV, TSV dan IHHNV si Virus Lama yang Masih Sering Muncul di Budidaya Udang Vannamei

1.1 WSSV (White Spot Syndrome Virus)
WSSV adalah virus yang memiliki genom double-stranded DNA (dsDNA) yang sangat berbahaya dan diketahui dapat menginfeksi udang serta krustase lain di Asia Timur pada tahun 1992. Virus ini telah menyebar dengan cepat pada udang di areal tambak. Dari struktur genom dan analisa filogenetiknya virus ini adalah anggota dari genus Whispovirus dalam famili virus baru yaitu Nimaviridae (Vlak et al., 2002).
WSSV mulai dikenal pada tahun 1992 di Asia dan di Amerika Latin pada tahun 1999 (Briggs et al., 2004). Kebanyakan arthropoda seperti halnya kepiting liar, Portunus pelagicus dan udang-udangan sering dijumpai di tempat budidaya dan mungkin saja mentransmisikan virus ke sistem budidaya udang lewat air masuk (Supamattaya et al., 1996). Di dalam system budidaya, virus ini dapat ditransmisikan lewat proses kanibalisme udang yang baru mati dan karkasnya atau lewat air yang memang sudah terkontaminasi (Chang et al., 1996). Burung juga secara mekanis dapat saja mentransmisikan virus ini antar tambak dengan melepaskan udang-udang yang telah mereka tangkap di sekitar tambak.

1.2 TSV (Taura Syndrome Virus)
Partikel TSV adalah sitoplasmik, berbentuk ikosahedral (segi-12) dengan diameter 30-32 nm (Hasson et al., 1995). TSV secara tentatif digolongkan sebagai Picornavirus berdasarkan morfologinya, lokasi replikasi, genom single-stranded RNA (ssRNA) 9 kb dan struktur kapsid polipeptidanya (Brock et al., 1995; Hasson et al., 1995).
TSV umumnya menyerang fase pembenihan udang pada bobot 0.1-5 gram (Lightner, 1994). Selama fase infeksi preakut atau akut, udang biasanya terlihat merah pucat dan kipas ekornya terlihat merah terang. Selain itu udang juga akan menjadi letargik, menunjukkan gejala anoreksia serta cangkangnya melunak. Jika infeksinya parah akan menyebabkan kematian, terutama pada saat terjadi molting yang dapat menyebabkan kematian mencapai 80-95 % (Chamberlain, 1994).
Udang-udang yang terinfeksi kronis saat mengalami penyembuhan biasanya menunjukkan kerusakan yang menyebar dan berwarna hitam pada kutikulanya. Selain itu, juga ada kemungkinan kutikula yang lunak dan warna tubuh merah. Kerusakan akibat TSV akan terlihat menyebar di epithelium kutikular pada permukaan tubuh, appendix, insang, usus belakang, perut, dan esophagus yang terlihat berwarna bintik-bintik hitam (Lightner, 1994).

1.3 IHHNV (Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis Virus)
Udang yang telah terinfeksi virus ini biasanya akan sering naik ke permukaan air, jarang bergerak, sering berputar-putar sebelum akhirnya tenggelam ke dasar. Mortalitas dapat mencapai 90% dalam beberapa minggu setelah terjadi infeksi pada juvenil P. stylirostris (Bell dan Lightner, 1987). Pada L. vannamei, virus ini umumnya merupakan penyakit yang kronis jika melihat perbedaan gejalanya yang sangat beragam, dan biasanya populasi juvenil udang yang terinfeksi bervariasi dalam berbagai ukuran (Kalagayan et al., 1991).
Bonami et al. (1990) menyebutkan bahwa genom IHHNV adalah single-stranded DNA (ssDNA) dan biasanya setelah diklasifikasi termasuk Parvovirus, famili Parvoviridae. Virus ini merupakan virus yang tidak terbungkus (unenveloped), berbentuk ikosahedral, dan berdiameter 17-27 nm, bereplikasi dalam sitoplasma sel-sel bakal ektodermis (epidermis, insang, usus depan dan belakang, kelenjar antenna, organ limpoid, dan jaringan penghubung).
Suatu penghargaan besar dari saya untuk Anda karena telah bersedia masuk di blog ini. Saya akan mencoba dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda............... Selamat menikmati...............