Abalon (Haliotis spp.) atau disebut juga ”Awabi” (bahasa Jepang), ”Mutton Fish” atau ”Sea Ear” saat ini sudah mulai akrab dalam budidaya air laut di Indonesia. Abalon merupakan hewan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selama ini pasokan pasar diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Penangkapan seringkali dilakukan secara tidak selektif sehingga mengancam kelestarian sumberdaya abalon tersebut. Untuk itu perlu dilakukan produksi benih abalon dalam suatu sistem budidaya secara terkontrol.
Abalon merupakan hewan bersifat low trophic level (larvanya memakan benthik diatom/mikroalga dan dewasanya memakan rumput laut/makroalga). Sehingga, dari sisi ekonomis biaya produksinya relatif murah. Hal inilah yang menarik dari komoditas abalon. Produksi benih yang kontinyu dan mantap memberi keyakinan bahwa budidaya abalon dapat dikembangkan di masa yang akan datang.
Induk abalon yang baik memiliki ciri-ciri antara lain :
· Tingkat kematangan gonad cukup
· Otot kaki atau daging terlihat segar dengan warna gelap dan tidak lembek dan lemas, serta ukuran panjang cangkang ± 5 cm
· Melekat kuat pada substrat dan organ tubuh tidak luka (utuh)
· Dapat membalikkan tubuhnya segera bila diletakkan dalam air dengan posisi terbalik dan Merayap atau berjalan bila dilepaskan dari genggaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar