Minggu, 05 April 2009

Kelenjar Hipofisa

Hipofisa merupakan kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak dalam tursika, yakni suatu lekukan di dalam tulang sphenoid. Kelenjar ini diselubungi oleh durameter (lipatan-lipatan seperti rak), membran ini membentuk cella diafragmatica dan membentang di sekitar tangkai infundibulum.
Menurut Sumantadinata (2003), kelenjar hipofisa ikan terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infundibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang, atau pipih bergantung pada jenis ikannya. Suatu lekukan tulang pada lantai otak yang disebut sella tursica melindungi khusus kelenjar ini. Untuk mengambil kelenjar ini, tulang tengkorak harus dibuka sehingga otak dapat diangkat. Biasanya butir kelenjar hipofisa akan tertinggal di dalam sella tursica.
Kelenjar hipofisa terdiri dari dua bagian utama, yaitu neurohypofisa dan adenohypofisa. Adenohypofisa merupakan bagian terbesar dari kelenjar tersebut. Adenohypofisa beberapa jenis ikan terdiri dari tiga ruang (lobe) yang disebut pro-adenohypofisa (depan), meso-adenohypofisa (tengah), dan meta-adenohypofisa (belakang). Tiga ruang itu disebut rostral pars distalis, proximal para distalis, dan pars intermedia (Sumantadinata, 2003).
Kelenjar hipofisa atau pituitari terletak pada lekukan tulang di dasar otak (sela tursika), terdiri dari dua bagia utama, yakni adenohipofisa dan neurohipofisa. Adenohipofisa terdiri atas pars distalis dan pars intermedia, sedangkan neurohipofisa hanya terdiri atas pars nervosa yang berfungsi mensekresi ocytoxin, arginin vasotocin dan isotocin. Pars distalis merupakan bagian utama adenohipofisa (Fujaya, 2002).
Kelenjar hipofisa mempunyai fungsi, yakni menghasilkan berbagai macam hormon untuk pertumbuhan maupun perkembangbiakan. Hormon-hormon yang disekresikannya yaitu Growth Hormone (GH), Adrenocorticothrophic Hormone (ACTH), Gonadotropine Hormone (GTH) yang terdiri dari Folikel Stimulating Hormone dan Luiteinizing Hormone, Thyrotropine, Prolactin, Melanofor Stimulating Hormone.
Menurut Sumantadinata (2003), peranan kelenjar hipofisa sangat vital dalam kehidupan, karena dalam kelenjar inilah dihasilkan berbagai macam hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan. Pada pars distalis, suatu sel type acidophil menghasilkan hormon somatotropin yang berperan dalam pertumbuhan badan, dan hormon prolactin yang diantaranya berperan dalam mengatur kegiatan hormon-hormon sex dan gonadotropin. Sel type cyanophil pada pars distalis menghasilkan sedikitnya tiga macam hormon, yaitu corticotropin yang berperan dalam mengawasi sekresi hormon-hormon adrenal; hormon thyrotropin yang berfungsi mengtur kerja thyroid; dan hormon gonadotropin yang berperean dalam pematangan gonad dan mengawasi sekresi hormon-hormon yang dihasilkan oleh gonad.
Hipofisa dapat diawetkan dalam jangka waktu tertentu. Ada dua teknik pengawetan hipofisa, yakni metode basah dan metode kering. Metode basah menggunakan alkohol absolut dan metode kering menggunakan aseton. Untuk pengwetan dalam jangka panjang, hipofisa disimpan pada suhu rendah. Untuk metode basah, pertama hipofisa yang dihasilkan dimasukkan ke dalam botol film, lalu dibilas dengan menggunakan alkohol sebanyak tiga kali. Kemudian hipofisa dimasukkan/direndam dalam alkohol absolut dan diganti tiga kali dalam 24 jam atau 8 jam sekali. Selanjutnya disimpan dalam suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk metode kering, sama halnya dengan metode basah, namun perendaman hipofisa menggunakan aseton bukan alkohol absolut. Setelah itu, hipofisa tersebut diambil dan dipanaskan menggunakan cawan. Selanjutnya dimasukkan dalam botol yang pada bagian atasnya diberi kapas yang ditutup rapat.
Menurut Sumantadinata (2003), kelenjar hipofisa yang diambil tetapi tidak akan langsung digunakan dapat disimpan dengan alkohol absolut sebagai pengawet. Dapat juga digunakan aseton, tetapi alkohol absolut lebih banyak digunakan orang karena caranya sederhana dan mudah. Kelenjar tersebut dimasukkan ke dalm botol kecil yang sudah berisi alkohol absolut. Alkohol absolut diganti 2-3 kali dalam waktu 24 jam. Kemudian botol kecil ditutup dengan rapat untuk disimpan dalam botol coklat (ruangan gelap) pada suhu kamar. Penyimpanan dengan cara ini, efektivitas kelenjar hipofisa masih baik dalam 2 tahun.
Dosis penggunaan hipofisa adalah dengan menggunakan perbandingan 1:1,5. 1 untuk resipien dan 1,5 untuk ikan donor. Menurut Sumantadinata (2003), mengenai dosis penyuntikan biasanya banyaknya kelenjar hipofisa dari donor yang sama beratnya dengan resipien 1 dosis.
Karena begitu banyak kandungan hormon yang terdapat pada hipofisa sehingga dapat timbul respon imunitas pada tiap spesies yang berbeda. Sehingga lebih baik jika menggunakan hormon yang bersifat semi murni, selain karena mudah didapatkan, dosis juga bisa lebih akurat, tidak ada efek samping dan mudah digunakan
Mekanisme kerja hormon reproduksi ikan berada dibawah kontrol otak. Ada tiga faktor yang terlibat dalam reproduksi ikan, yaitu sinyal lingkungan, system hormon dan organ reproduksi.


DAFTAR PUSTAKA


Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sumantadinata, K. 2003. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. Bogor: Sastra Hudaya.

Tidak ada komentar:

Suatu penghargaan besar dari saya untuk Anda karena telah bersedia masuk di blog ini. Saya akan mencoba dan berusaha memberikan yang terbaik untuk Anda............... Selamat menikmati...............